Thu. Jan 23rd, 2025

Bullying di Pendidikan Dokter yang Mengakar : Ketakutan yang Menghantui Mahasiswa Baru

bullying
bullying
81 / 100

JAKLAMER – Kasus-kasus bullying dari senior dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) sudah sering terjadi dan berakibat buruk pada kesehatan mental mahasiswa.

Berikut adalah beberapa kasus yang terungkap:

Kasus Aulia Risma Lestari

Bullying di Pendidikan Dokter yang Mengakar : Ketakutan yang Menghantui Mahasiswa Baru
Bullying di Pendidikan Dokter yang Mengakar : Ketakutan yang Menghantui Mahasiswa Baru

Aulia, yang sedang menempuh studi dokter spesialis anestesi di Universitas Diponegoro, ditemukan meninggal akibat overdosis obat.

Buku catatan harian Aulia yang di temukan oleh polisi mengungkapkan berbagai kesulitan yang dialaminya saat kuliah, termasuk perlakuan senior-senior yang diduga melakukan perundungan (bullying).

Ahmad Fahruri mengatakan bahwa Aulia telah menderita perundungan yang sangat parah dan pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tak kuat lagi bertahan.

Kasus di Universitas Padjadjaran

Ditemukan bahwa perundungan juga terjadi di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjadjaran.

Dosen yang juga seorang dokter spesialis di FK Unpad mendapat hukuman akibat terlibat dalam kasus perundungan. Meskipun tidak akan dipecat, dosen tersebut akan mendapat pembinaan.

Kasus di Berbagai Rumah Sakit

Kejadian perundungan di bidang kedokteran bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Pada tahun 2023, sejumlah RS melaporkan ada sebanyak 91 aduan yang diterima oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes terkait kasus dugaan perundungan dari peserta didik tenaga kesehatan.

Kesaksian Korban

Seorang dokter yang sedang melanjutkan pendidikan spesialis mengungkapkan rasa “kelelahan” karena dihadapkan pada intimidasi dan kekerasan oleh para senior-senior lainnya.

Mereka perlu mengikuti norma-norma non-formal yang telah ditetapkan untuk menjaga kesehatan mental mereka.

Baca Juga  Ahli atau Pakar di Indonesia Emang Beneran Atau cuma sekedar Tau!

Kasus-kasus bullying ini seringkali dianggap disebabkan oleh budaya senioritas yang masih kental di Indonesia. Alternatif: Budaya senioritas yang masih kental di Indonesia kerap kali dikaitkan dengan kasus-kasus bullying ini menjadi penyebab utamanya.

Menurut Psikolog Alva Paramitha, tidak selalu senior yang melakukan bullying. Namun, perlakuan superioritas dan intimidasi oleh seorang senior dapat memunculkan tindakan bullying dan membuat korban merasa terancam posisinya.

Bagaimana Tanggapan dari Menkes Budi Gunadi Sadikin

Beberapa tanggapan telah diberikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengenai kasus bullying yang terjadi di lingkungan pendidikan dokter spesialis (PPDS) di Indonesia.

Berikut adalah beberapa poin penting dari tanggapannya:Berikut adalah beberapa poin penting dari tanggapannya:

Alasan Sulitnya Memberantas Bullying

Menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, sulit bagi pihaknya untuk memberantas kasus perundungan di lingkungan pendidikan dokter spesialis karena praktik tersebut telah berlangsung lama dan diketahui secara luas di antara kalangan dokter.

Selain itu, ia menunjukkan bahwa fenomena ini sudah berkembang menjadi sesuatu yang besar dan rumit dengan banyaknya calon dokter spesialis yang merasa terjepit selama pendidikan dan berpikir untuk mengakhiri hidup mereka.

Keterbatasan Kemenkes dalam Menindaklanjuti Kasus

Budi dari Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa sulit bagi Kementerian untuk menindaklanjuti kasus perundungan di beberapa rumah sakit pendidikan karena tidak semua rumah sakit berada di bawah naungannya.

Dengan demikian, Kemenkes tidak memiliki wewenang legal untuk menangani kasus tersebut.

Pengaruh Budaya Senioritas

Budi juga menyatakan bahwa tingginya budaya senioritas di Indonesia sering kali menjadi penyebab terjadinya kasus-kasus bullying.

Ia menggarisbawahi betapa pentingnya memberikan kesempatan bagi penyidik-penyidik untuk bekerja dengan profesional tanpa campur tangan dari pihak luar.

Definisi Perundungan yang Tidak Jelas

Meskipun Menkes Budi tidak langsung menyampaikan definisi yang tidak jelas tentang perundungan, dia mengakui bahwa kekurangan dalam mendefinisikannya dapat berdampak pada proses pendidikan dan memiliki konsekuensi hukum.

Baca Juga  Kabel Telkom Makan Korban Leher Pengendara Motor Hampir Putus Di Medan

Institut Dokter Indonesia (IDI) menekankan pentingnya mendefinisikan bullying dengan jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Oleh karena itu, respons dari Menkes Budi Gunadi Sadikin mengindikasikan pemahaman akan kompleksitas dan seriusnya masalah bullying dalam konteks pendidikan dokter spesialis, serta tantangan yang dihadapi Kemenkes dalam penanganan kasus tersebut.

Praktik Bullying di Balik Meninggalnya dr ARL

Bullying di Pendidikan Dokter yang Mengakar : Ketakutan yang Menghantui Mahasiswa Baru
Bullying di Pendidikan Dokter yang Mengakar : Ketakutan yang Menghantui Mahasiswa Baru

Praktik bullying di balik meninggalnya dr ARL, seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip), telah menjadi fokus perhatian Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Berikut adalah detail tentang kasus tersebut:

  1. Meninggalnya dr ARL:
    • dr ARL ditemukan meninggal di kamar kosnya dengan cara menyuntikkan obat penenang. Polisi menemukan buku harian yang menceritakan beratnya kuliah di tempat tersebut, termasuk kemungkinan adanya bullying dari para seniornya.
  2. Investigasi Kemenkes:
    • Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa hasil investigasi internal Kemenkes telah menemukan bukti-bukti yang menguatkan adanya praktik bullying. Bukti ini termasuk catatan, rekaman WhatsApp, dan lain-lain yang menunjukkan adanya intimidasi dan arahan dari senior kepada junior.
  3. Bukti dan Rekaman:
    • Menkes Budi menyatakan bahwa semua bukti yang didapatkan telah diserahkan ke pihak kepolisian. Ia juga menyebutkan bahwa dari rekaman yang ditemukan, semua sudah jelas dan gamblang, menunjukkan adanya praktik bullying yang tidak manusiawi.
  4. Tanggapan Menkes:
    • Menkes Budi mengungkapkan kesadaran akan kompleksitas dan seriusnya kasus bullying ini. Ia menekankan pentingnya menghapus praktik bullying di lingkungan PPDS dan berharap dapat berhasil menghilangkan praktik ini dalam pendidikan dokter spesialis di Indonesia.
  5. Kasus Lain dan Tindakan Kemenkes:
    • Menkes Budi juga menyebutkan bahwa kemungkinan ada kasus serupa yang ditutupi. Ia mengatakan bahwa banyak mahasiswa PPDS yang ingin melakukan bunuh diri karena tekanan dari praktik bullying. Kemenkes telah meminta penghentian sementara Program Anestesi Universitas Diponegoro di RSUP Dr Kariadi untuk memulai penanganan kasus ini.
Baca Juga  Dr. Aulia Wajib Bayar 20-40 Juta Sebulan, Bukti Baru Yang di Temukan Kemenkes Buat Rakyat Geram

Dengan demikian, kasus meninggalnya dr ARL telah menunjukkan bahwa praktik bullying di lingkungan pendidikan dokter spesialis di Indonesia masih sangat serius dan perlu diatasi dengan segera.

Reaksi Orang Tua Ketika Tau Banyak Bullying di Kampus Kedokteran

Orang tua sering kali mengalami kekhawatiran dan kemarahan saat mengetahui adanya banyak kasus bullying di kampus kedokteran, tetapi terdapat pula reaksi yang beragam.

Orang tua pasti merasa khawatir dengan kesejahteraan mental anak-anak mereka. Mereka mungkin akan memikirkan dampak negatif dari perilaku bullying, seperti terjadinya depresi, gangguan mental, atau bahkan keinginan untuk mengakhiri hidup.

Orang tua mungkin merasa marah dan kecewa karena mereka tidak pernah menyadari bahwa anak mereka sedang mengalami hal seperti ini.

Mungkin, pihak sekolah akan diminta untuk memaparkan alasan mengapa mereka tidak dengan segera bertindak menangani masalah ini. Orang tua berencana meminta pihak sekolah untuk menjelaskan bagaimana mereka akan menangani masalah bullying ini.

Mereka mungkin ingin tahu bagaimana upaya yang akan dilakukan untuk melindungi anak-anak mereka dari perundungan, sehingga nantinya bisa meminta informasi. Jika terbukti kasus bullying ini, orang tua bisa mengajukan tuntutan hukum kepada pelaku.

Ada kemungkinan mereka akan meminta sekolah untuk melaporkan kasus ini kepada polisi serta mengambil tindakan lebih keras. Orang tua mungkin juga mengharapkan adanya perubahan budaya di sekolah agar praktik bullying dapat dihentikan.

Mereka mungkin akan mengusulkan agar pihak sekolah menyelenggarakan program pendidikan yang lebih efektif tentang kesetaraan dan keadilan, sekaligus meningkatkan dukungan sistem bagi korban bullying.

Kehilangan dr ARL akan sangat mengguncangkan orang tua, karena mereka harus merasakan perasaan yang mendalam dan rumit saat kehilangan seorang anak berbakat.

Selain itu, mereka juga khawatir tentang bagaimana sistem pendidikan dokter spesialis dapat memungkinkan terjadinya insiden ini.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *