Kondisi Banjir Rob di Muara Angke
Jakarta Utara – Banjir rob kembali melanda kawasan pesisir Jakarta Utara Mulai Dari tanggal 12-15 Desember2024, khususnya di Muara Angke, Penjaringan. Sudah tiga hari terakhir, banjir menggenangi wilayah tersebut, dengan ketinggian air yang semakin meningkat setiap harinya. Tidak hanya mengganggu aktivitas warga, banjir ini juga memunculkan potensi masalah kesehatan.
Menurut pantauan langsung di lapangan, genangan air bercampur dengan air laut dan limbah telah mencapai 50-60 cm di beberapa area, seperti di RW 22 dan kawasan dekat dermaga. Aktivitas warga pun terganggu, dengan banyaknya barang seperti kayu dan batu yang hanyut terbawa arus deras.
Penyebab dan Dampak Banjir Rob di Muara Angke
Penyebab Utama Banjir Rob
Menurut Bapak Angga, salah satu warga Muara Angke, banjir rob ini sudah menjadi langganan tahunan. “Namun, tahun ini lebih parah dibandingkan sebelumnya,” ujarnya. Hal ini disebabkan oleh:
- Ketinggian Pasang Air Laut: Menurut BMKG, fenomena banjir rob di kawasan pesisir Jakarta diperkirakan akan terus terjadi hingga awal 2025.
- Minimnya Infrastruktur Penahan Banjir: Warga berharap pemerintah segera membangun tanggul laut untuk mengatasi masalah ini.
- Drainase yang Tidak Optimal: Air limbah yang bercampur dengan genangan air memperparah situasi.
Dampak bagi Warga
Dampak yang dirasakan warga sangat signifikan, antara lain:
- Kesehatan: Potensi penyakit kulit, seperti gatal-gatal, meningkat akibat air yang tercemar.
- Aktivitas Terhambat: Banyak warga kesulitan bergerak karena tingginya genangan air. Bantuan seperti perahu karet mulai digunakan untuk mobilisasi.
- Kerugian Materiil: Barang-barang rumah tangga hanyut atau rusak akibat banjir.
Faktor Penyebab | Dampak Langsung |
---|---|
Pasang air laut tinggi | Genangan air hingga 60 cm |
Minim tanggul laut | Rumah warga terendam |
Air limbah bercampur air | Penyakit kulit meningkat |
Respons Pemerintah dan Bantuan untuk Warga
Sejauh ini, bantuan mulai berdatangan untuk membantu warga terdampak. Menurut laporan di lokasi:
- Dinas Sosial telah menyediakan makanan siap saji untuk memenuhi kebutuhan pangan warga.
- Peralatan Mobilisasi seperti perahu karet telah disediakan untuk mempermudah akses keluar-masuk kawasan terdampak.
- BMKG telah mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi banjir rob yang diperkirakan masih berlanjut hingga awal 2025.
Suara Warga: Harapan dan Solusi
Warga Muara Angke berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret. “Kami ingin tanggul laut segera dibangun agar banjir seperti ini tidak terus terjadi setiap tahun,” ungkap Bapak Angga.
Menurut ahli tata kota, Prof. Dr. Suyatno dari Universitas Indonesia, penanganan banjir rob memerlukan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah. “Tanggul laut, optimalisasi drainase, dan mitigasi bencana harus menjadi prioritas,” jelasnya.
Banjir Rob: Fenomena yang Tidak Bisa Diabaikan
Banjir rob bukan hanya masalah bagi warga pesisir, tetapi juga menjadi pengingat akan perlunya pembangunan berkelanjutan di kawasan pesisir. Dengan kerja sama antara pemerintah, warga, dan pihak swasta, diharapkan banjir rob tidak lagi menjadi momok tahunan bagi masyarakat Muara Angke.
“Krisis banjir rob ini adalah cerminan perlunya kebijakan yang berpihak pada masyarakat dan lingkungan,” kata Prof. Dr. Suyatno.
Sebagai generasi muda, mari kita dukung upaya penanganan banjir rob dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya infrastruktur yang ramah lingkungan.
Penutup
Banjir rob yang melanda Muara Angke selama tiga hari terakhir menunjukkan urgensi penanganan yang serius. Tidak hanya berdampak pada warga, banjir ini juga mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga ekosistem pesisir.
Dengan langkah konkret dan kerja sama semua pihak, semoga banjir rob di kawasan pesisir Jakarta Utara dapat segera diatasi. Untuk teman-teman pembaca, tetaplah peduli terhadap lingkungan sekitar, karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil.