Ming. Okt 12th, 2025

Terungkap! Dalang Penculikan & Pembunuhan Kepala Bank BUMN Ternyata Pengusaha Kondang

Terungkap! Dalang Penculikan & Pembunuhan Kepala Bank BUMN Ternyata Pengusaha Kondang
Terungkap! Dalang Penculikan & Pembunuhan Kepala Bank BUMN Ternyata Pengusaha Kondang
73 / 100 Skor SEO

Kasus penculikan dan pembunuhan Muhammad Ilham Pradipta, Kepala Cabang Bank BUMN di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, menyita perhatian publik. Kasus ini tidak hanya melibatkan delapan tersangka tetapi juga mengungkap motif yang diduga terkait kredit fiktif bernilai miliaran rupiah. Artikel ini membedah kronologi, peran para pelaku, reaksi keluarga, dan harapan agar kasus ini diusut tuntas.

Kronologi Kejadian

Penjemputan Paksa

Berdasarkan keterangan kuasa hukum Adrianus Agal, kliennya hanya berperan dalam penjemputan paksa korban. Mereka dijanjikan bayaran Rp50 juta, namun hanya menerima DP yang sebagian telah disita oleh polisi. Setelah korban dijemput, ia dibawa ke kawasan Jakarta Timur sesuai perintah oknum berinisial F.

“Mereka hanya ditugaskan menjemput dan menyerahkan korban. Setelah itu mereka pulang. Saat dipanggil lagi untuk mengantar korban, korban sudah tidak bernyawa,” ujar Adrianus.

Eksekusi dan Pembuangan Jenazah

Peran para tersangka berhenti pada tahap penyerahan korban. Eksekusi diduga dilakukan oleh kelompok lain yang termasuk dalam kluster eksekutor. Salah satu tersangka bahkan mengaku mendapat tekanan saat diperintahkan membuang jenazah korban.

Penangkapan Para Pelaku

Polisi bergerak cepat. Empat pelaku penculikan ditangkap lebih dulu, kemudian empat aktor intelektual menyusul. Tiga dari otak intelektual — DH, YJ, dan AA — ditangkap di Solo, Jawa Tengah. Sementara C ditangkap di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Dalang utama disebut bernama Dwi Hartono, seorang pengusaha sekaligus motivator bisnis.

Motif Dugaan Kredit Fiktif Rp13 Miliar

Latar Belakang Motif

Ilham Pradipta diduga menjadi target karena menolak dan mencoret klausul pengajuan kredit fiktif sebesar Rp13 miliar. Penolakan ini diduga membuat Dwi Hartono sakit hati sehingga merencanakan penculikan dan pembunuhan.

“Motif ini masih didalami penyidik. Polisi belum memastikan bahwa pembunuhan semata-mata didasari kredit fiktif tersebut,” ujar sumber kepolisian.

Tiga Kluster Keterlibatan

Kuasa hukum menguraikan ada tiga kluster dalam kasus ini:

  1. Kluster Pengintai – bertugas mengamati aktivitas korban.
  2. Kluster Penjemputan Paksa – menculik korban sesuai perintah.
  3. Kluster Eksekutor – yang menghabisi nyawa korban.
Baca Juga  Mengungkap Kontroversi OCCRP: Donatur, Daftar Tokoh Terkorup, dan Reaksi Publik

Adrianus menegaskan kliennya hanya terlibat di kluster kedua.

Reaksi dan Kesaksian Keluarga Korban

Keluarga Tidak Mengenal Pelaku

Widodo Bayu Aji, juru bicara keluarga, menegaskan pihaknya tidak mengenal para tersangka. Mereka sepenuhnya menyerahkan proses hukum kepada polisi.

“Kami hanya berharap keadilan ditegakkan seterang-terangnya. Jangan ada yang ditutup-tutupi,” ujarnya.

Kondisi Keluarga dan Anak Korban

Korban meninggalkan seorang istri yang tidak bekerja dan dua anak yang masih sekolah. Keluarga sangat terpukul namun berterima kasih kepada kepolisian atas penangkapan para pelaku.

Sikap Direksi dan Rekan Kerja

Pihak BRI tidak memberi keterangan resmi mengenai dugaan motif, hanya menyatakan bahwa Ilham adalah pegawai berprestasi dan pekerja yang baik.

Profil Korban

Karier dan Prestasi

Ilham sudah bekerja di BRI selama 13–14 tahun. Sebelum bertugas di Jakarta, ia pernah ditempatkan di Surabaya dan Bandung. Sebagai kepala cabang, ia dikenal berintegritas, humble, dan dekat dengan rekan kerja.

Kehidupan Pribadi

Korban dikenal hobi bermotor dan aktif di organisasi. Keluarga menyebut ia jarang bercerita tentang masalah pekerjaan dan tidak pernah menyampaikan ada ancaman.

Reaksi Publik dan Perlindungan Hukum

Permohonan Maaf dari Kuasa Hukum Pelaku

Adrianus Agal meminta maaf kepada keluarga korban dan menegaskan bahwa kliennya hanya korban tekanan ekonomi.

“Kalau mereka tahu pekerjaan ini akan berujung kematian, mereka pasti menolak,” tegasnya.

Permintaan Perlindungan

Kuasa hukum juga meminta perlindungan kepada Kapolri dan Panglima TNI karena ada dugaan keterlibatan oknum dari suatu instansi.

Harapan Keadilan

Keluarga berharap polisi dapat mengungkap motif sebenarnya dan menghukum pelaku sesuai hukum yang berlaku. Mereka menunggu keterangan resmi mengenai siapa yang memberi perintah eksekusi dan apa alasan di balik pembunuhan.

“Kami ingin terang benderang, supaya keluarga bisa menerima dan adik kami mendapat keadilan,” pungkas keluarga.

Kasus ini menjadi sorotan karena melibatkan jaringan terencana, kemungkinan motif ekonomi, dan korban yang merupakan pejabat bank BUMN berprestasi. Penegakan hukum yang transparan dan tuntas menjadi harapan banyak pihak agar kasus ini tidak menimbulkan spekulasi liar di masyarakat.

Baca Juga  Rem Blong, Truk Kontainer Seruduk 14 Kendaraan di Jakarta Timur

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *